Mengapa Panahan Indonesia Masih Belum Pecah Telur di Olimpiade-
Tim panahan Indonesia masih belum mampu membawa medali Olimpiade sejak 1988. Atlet dan pelatih ungkap kendalanya.
Panahan Indonesia pertama dan terakhir kali merebut medali perak di Seoul, Korea Selatan. Saat itu, tiga srikandi terdiri dari Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani menjadi pahlawan Indonesia.
Namun hingga Olimpiade Paris 2024, medali itu tak pernah lagi didapat oleh pemanah-pemanah Indonesia. Termasuk di Paris.
Empat atlet Indonesia yang lolos ke Olimpiade yaitu Diananda Choirunisa, Syifa Nurafifah Kamal, Rezza Octavia, dan Arif Pangestu belum mampu mewujudkan target medali tersebut.
Baca juga: Panahan Olimpiade 2024: Diananda Choirunisa Terhenti di Perempatfinal |
Hasil paling baik diperoleh Diananda yang lolos hingga perempatfinal di nomor recurve perorangan. Sementara di nomor mixed team (Diananda dan Arif) kalah dari India 1-5 pada laga 16 besar, dari nomor women’s team kalah dari Malaysia 3-5. Sedangkan di nomor recurve individu, Arif kalah dari wakil Taiwan Chih-Chun Tang dengan skor 1-7.
“Sebenarnya susah (pecah telur medali) itu relatif karena situasi bisa apapun terjadi. Kami merasa dari pertandingan sebelumnya sudah progres. Jadi berharap ke depan bisa lebih baik lagi,” kata Arif kepada pewarta setibanya di Tanah Air, Selasa (6/8/2024).
“Selama ini yang ditambah pasti pengalaman pertandingan karena lawan kita lebih senior dan banyak bertanding di luar negeri. Dan kami pun mulai di tahap itu dan semoga ke depan semakin banyak ikut pertandingan,” tuturnya.
Baca juga: La Memo Sudah 2 Kali Ikut Olimpiade, Masih Turun di SEA Games 2025? |
Sementara pelatih panahan, Lilies, yang juga peraih medali perak Olimpiade 1988, mengatakan panahan Indonesia masih punya kans untuk Olimpiade berikutnya. Asalkan harus benar-benar pembenahannya.
“Itu kita tidak bisa evaluasi satu-satu ya. Sangat kompleks. Jadi semuanya ini sangat kompleks karena panahan ini juga memerlukan biaya yang tidak sedikit,” kata Lilies.
“Terkait peralatan, bagaimana kita melakukan (turun) di event-event internasional karena berkaitan dengn mental seperti itu,” tuturnya.
“Sangat, sangat ada harapan (untuk Olimpiade 2028 Los Angeles). Tapi yang harus disiapkan mereka memang harus disiapkan dari segi fisiknya.”
“Memang dari segi fisik untuk memasuki awal- awal pertama biasanya masih normal atau di bawahnya sedikit. Kalau misalnya kondisi fisiknya bisa normal atas di atas sedikit, kemudian bisa melanjutkan segi tekniknya, kemudian baru pengalaman bertanding untuk memperkuat mentalnya,” kata Lilies.
(mcy/aff)