Menpora Bakal Beri Punishment Bagi Cabor Gagal, Ini Respons PBSI

Kepala bidang Pembinaan Prestasi PBSI Rionny Mainaky memberikan komentarnya soal rencana Menpora Dito Ariotedjo yang akan memberikan punishment kepada induk-induk cabang olahraga yang gagal mencapai target di Asian Games 2023. Apa katanya?

Meskipun Asian Games Hangzhou telah rampung pada 8 Oktober lalu. Kegagalan Tim Indonesia mencapai target 10 besar masih menjadi sorotan.

Paling kentara ialah bulutangkis, selain ada cabang olahraga lainnya yang dinilai tak memenuhi harapan ialah perahu naga, sepak takraw, karate, jujitsu, kano, taekwondo hingga esport.

Baca juga: 16 Poin Evaluasi PBSI Usai Gagal di Asian Games 2023

Hal ini wajar mengingat olahraga tepok bulu itu kerap menjadi andalan di setiap multiajang olahraga. Termasuk di Asian Games yang tak pernah absen menyumbangkan medali.

Tapi di Asian Games edisi ke-19 menjadi berbeda karena untuk kali pertama sejak bulutangkis dipertandingkan perdana pada 1962, PBSI gagal menyumbangkan medali. Padahal sejak awal target mereka ialah tiga medali emas.

Terkait kegagalan itu, Menpora Dito Ariotedjo sendiri sempat menyebutkan bakal ada hukuman yang akan diberikan kepada induk cabor yang gagal. Yaitu terkait dengan program Pelatnas dan juga masalah support dari pemerintah untuk multievent berikutnya. Meskipun, keputusan tetap akan dirapatkan lebih lanjut.

Baca juga: Cabor Gagal di Asian Games 2023, Siap-siap Tak Didukung Pemerintah!

detikSport sempat meminta komentar terkait hal tersebut kepada Kabid Binpres PBSI Rionny Mainaky, di Pelatnas PBSI, Cipayung. Begini responsnya.

“Ya kalau memang mereka mau begitu ya kita tak ada masalah,” kata Rionny.

“Saya akan sampaikan ya target yang pernah kita capai lebih. Jangan segampang itu, saya kan juga bersama mereka di lapangan, saya kasih tahu, tak segampang itu,”

“Memang kita tak berusaha? kalau kamu mau tahu, silakan kamu datang ke sini setengah 6, pulang jam 9 malam, setiap hari tinggalkan keluarga dan bawa, ikut saya satu kejuaraan saja, supaya kamu tahu. Tak segampang itu. Air mata keluar itu, anak-anak bagaimana,”

“Tapi itu pun saya tuntut kepada mereka, enggak bisa, kita memang punya negara. Jangan cuma hasil bagus, diam-diam saja, pas hasil jelek baru. Saya di lapangan. Saya tantang mereka datang ke sini setengah 6, jam 4 pagi dari rumah, lalu duduk di belakang itu lari, tunggu bagaimana latihan sampai jam 9 malam baru pulang dan dimarah-marahi,”

“Bagaimana menangani anak dengan jumlah 100 orang. Kan bukan di atas dan tiap hari bagaimana saya siap untuk sembilan orang, saya drilling-in itu junior dan ini ada hasilnya. Tapi kita tak usah lempar ke sana untuk menutupi, tak ada,”

“Bukan saya sombongkan diri, enggak seperti itu. Kita di lapangan seluruh sektor bagaimana kita malam-malam siapkan anak-anak dengan ketegangan. Enggak tidur dan makan dengan apa adanya karena tak bisa makan waktu harus duduk di sana,”

“Jadi kalau itu tetap kami terima apapun tak masalah. Tak gampang saya rasa, setengah mati, susah sekali,” Rionny menandaskan.

Baca juga: Menpora Dito: Bulutangkis Gagal di Asian Games 2023 karena…

(mcy/aff)