23 Game Call of Duty Diurutkan dari Yang Terburuk Hingga Terbaik_1
Call of Duty ialah franchise FPS terbesar saat ini dengan seri baru dirilis setahun sekali. Dengan 3 studio utama mengerjakan game serta melibatkan belasan studio support, seri milik Activision ini seakan tidak pernah lelah memberi sensasi menembak cepat, ledakan dan juga arena baru.
Selama 18 tahun eksis, seri Call of Duty telah ada sebanyak 23 game dan itu belum termasuk port dan spinoff portable yang sengaja tidak kami masukan karena eksistensinya yang begitu minim dibandingkan yang bakal disebutkan nanti.
Dalam daftar ini, kami akan mengurutkan 23 game utama Call of Duty mulai dari ‘terburuk’ hingga yang kami anggap terbaik. Tanpa panjang lebar lagi, berikut ialah urutannya:
Daftar isi
23. Call of Duty Black Ops: Declassified
Game ini dirilis eksklusif untuk PS Vita, sebuah console portable, membuatnya wajar apabila tidak miliki kualitas sebaik iterasi console dan PC. Tetapi tak berarti ia bebas dari kritikan.
Call of Duty Black Ops: Declassified tidaklah nyaman untuk dimainkan karena analog “ampas” yang kekecilan, serta diperburuk dengan masalah framerate yang terkadang serasa berada di bawah 15 FPS. Bahkan apabila kedua hal tersebut tidaklah terjadi, Declassified dirusak oleh single-player yang terlalu basic serta mutliplayer yang skalanya terlalu kecil. Wajar apabila seri satu ini menjadi seri dengan rating terburuk di Metacritic.
22. Call of Duty: World at War – Final Fronts
Dikembangkan dan dirilis bersamaan dengan seri garapan Treyarch, World at War – Final Fronts tak lebih menjadi proyek sampingan untuk mengisi katalog PS2 – console yang di tahun 2008 masih cukup ramai. Dikembangkan oleh Rebellion, developer dari Sniper Elite, Call of Duty: World at War – Final Fronts berada di posisi terbawah dari daftar ini karena masalah AI yang cukup serius, campaign yang terlalu klise, dan absennya multiplayer.
21. Call of Duty: Finest Hour
Call of Duty: Finest Hour merupakan versi console dari Call of Duty pertama yang dimana disesuaikan dengan hardware dari Gamecube, Xbox dan PS2 yang lebih lemah dari PC.
Finest Hour masih berbasis pada Call of Duty pertama namun sebagian elemen cerita telah diubah dan bisa dibilang menjadi sub-story dari game utama tersebut. Game ini dirilis di masa dimana developer belum sepenuhnya menguasai cara membuat game FPS di console, maka saat dibandingkan dengan game utama, terasa perbedaan antara kedua game. Hardware yang lebih lemah juga membuat Finest Hour harus alami downgrade yang mengurangi pengalaman bermain khususnya bagi yang telah bermain game utama di PC.
20. Call of Duty 2: Big Red One
Satu lagi game yang dirilis eksklusif di console generasi ke-6, dan kali ini ialah debut COD pertama dari Treyarch. Selain dari presentasi ala dokumenter yang dipresentasikan game, Big Red One tak lebih dari sekedar ekspansi singkat dari game kedua yang dirilis sebagai game penuh. Untuk percobaan pertama memang seri ini tidaklah buruk tetapi terasa layak untuk berada di posisi bawah ketika dibandingkan dengan seri lainnya.
19. Call of Duty: Mobile
Menariknya, Call of Duty: Mobile jauh lebih rapi dibandingkan Declassified yang dirilis untuk sistem yang miliki tombol serta miliki price tag. Saya jujur cukup bias ketika bicara soal game mobile, akan tetapi Call of Duty menjadi pengisi yang cukup menyenangkan untuk dimainkan di saat berada di luar atau dasaran malas untuk nyalakan console/PC.
Layaknya game mobile lainnya, Mobile dipenuhi oleh microtransaction dan game benar-benar mau kamu untuk membelinya karena tiap kali buka game kamu dibanjiri dengan 4 hingga 6 iklan sekaligus. Namun menyampingkan semua taktik bisnis yang predatory tersebut, Call of Duty: Mobile bermain layaknya Call of Duty, kontrol terasa nyaman bahkan untuk saya yang tidak pandai pakai touchscreen, serta miliki banyak arena untuk dimainkan bahkan untuk orang pelit seperti saya yang tak mau membayar MTX sepeser pun.
18. Call of Duty 3
Call of Duty 3 menjadi percobaan kedua Treyarch terhadap franchise ini. Sayangnya, ini masih menjadi iterasi terlemah dari studio tersebut dan kesannya masih terlalu bermain aman dengan apa yang sudah ada. Skala game ini tidak begitu jauh berbeda dengan game PS2 yang mereka rilis sebelumnya dan mode multiplayer masih terlalu dasar dan tidak menambahkan evolusi yang signifikan layaknya seri-seri yang mereka rilis sesudah ini.
17. Call of Duty: Ghosts
Ketika bicara soal Call of Duty paling dibenci oleh komunitasnya, Call of Duty: Ghosts menjadi hal pertama yang dipikirkan banyak orang. Ghosts terlihat seperti terlalu bermain aman dengan formula Modern Warfare yang telah terbukti sukses. Skala game masih terlihat seperti game era PS3 dan Xbox 360 tetapi dengan berbagai efek agar membuat game terkesan lebih next-gen dari seharusnya.
Ghosts miliki campaign yang mudah dilupakan dengan beberapa sesi yang menyebalkan seperti sesi aircraft di pertengahan game. Multiplayer juga menuai banyak kontroversi karena tak hanya gameplay terkesan seperti langkah mundur dari Black Ops 2, tetapi juga karena desain yang terlalu mendukung playstyle camping serta TTK (time-to-kill) yang terlalu cepat, membuat para “penakut” justru lebih dihadiahi.
16. Call of Duty: Infinite Warfare
Infinite Warfare sempat menuai kontroversi karena temanya yang menyimpang jauh dari tradisi Call of Duty serta fans sudah terlalu muak dengan latar futuristik. Tetapi di balik kontroversi tersebut, Infinite Warfare mencoba untuk hadirkan sesuatu yang baru ke dalam formula COD.
Campaign meskipun tidak begitu memorable, miliki beberapa momen asiknya tersendiri dengan produksi yang terlihat berbeda juga. Dari segi multiplayer, ia terlihat sama seperti seri terdahulunya yaitu Black Ops 3, alasan mengapa seri ini berada di posisi yang lebih rendah. Tetapi mode zombie bisa dikatakan ialah mode terbaik dari keseluruhan game dengan tema pop culture serta desain level yang menarik untuk ditelusuri.
15. Call of Duty: WW2
Setelah berkali-kali berlatar di dunia modern hingga futuristik, Sledgehammer Games memutuskan untuk membawa kembali Call of Duty ke “akar” yaitu Perang Dunia 2. Sayangnya seri ini menjadi awal dimana saya sebagai fans sadar akan mengapa developer tidak mau berkomitmen lagi ke era ini.
Perang Dunia 2 telah diperas sekering-keringnya di masa 2010 kebawah, membuatnya sulit untuk dibuat inovasi baru lagi. Setelah sebelumnya dibuat aksi menggila lewat gerakan vertikal dan senjata modern, kembali ke “akar” tidaklah terdengar seapik yang dikira lagi.
Campaign cerita di game ini juga sudah terkesan terlalu klise. Apabila kamu telah menikmati media hiburan tentang perang dunia selama satu dekade terakhir, maka kamu sudah tahu pasti apa yang dapat diekspektasi dari campaign game ini. Namun setidaknya dari segi visual, WW2 terlihat cantik dan produksinya terlihat mewah untuk skala COD. Tapi secara keseluruhan, bisa dibilang wajar apabila Infinity Ward dan Treyarch sudah nyaman dengan latar modern.
14. Call of Duty: Black Ops 4
Black Ops 4 menjadi game terburuk dari sub-seri Black Ops dan itu bukan hanya karena game ini menjadi satu-satunya dari sepanjang seri Call of Duty yang tidak miliki campaign sama sekali. Black Ops 4 mencoba menjadi Overwatch dengan sistem seleksi operator yang miliki kemampuan masing-masing. Namun implementasi ini begitu menjadi tanda tanya karena pada akhirnya semua orang tetap bermain layaknya pemain Call of Duty pada umumnya yaitu run-and-gun. Meskipun demikian, ada beberapa ide yang bisa dibilang bagus, sayang hanya ada di game ini mulai dari sistem healing manual, sistem objektif yang membuat teamplay dan taktik diperlukan, sistem mixed ballistics, dan beberapa hal lainnya.
Bintang utama dari Black Ops 4 ialah Blackout Mode, singkatnya ialah mode battle-royale dari game ini dan fondasi dari mode Warzone yang dirilis beberapa tahun kemudian. Saya sempat membuat artikel akan betapa menyenangkannya mode ini karena sistem gadget, gameplay Call of Duty yang cepat, dan beberapa gimmick yang tidak ada di game-game battle-royale lainnya. Tetapi sayangnya popularitas mode ini tertutupi oleh Fortnite, PUBG dan Apex Legends. Salah satu kontributornya ialah mode ini dipasang harga $60. Namun hal tersebut menjadi pelajaran untuk Warzone di kemudian hari.
13. Call of Duty: Black Ops 3
Call of Duty: Black Ops 3 memanglah menyenangkan, tapi terkesan bingung akan identitasnya. Mari kita mulai dengan campaign, dari segi gameplay, Black Ops 3 seakan bingung apakah ingin memberi pengalaman campaign tradisional biasa atau game co-op trendy baru. Dari segi cerita juga, game terkesan terlalu pretensius dan menyuruh mereka menginterpretasi sendiri apa yang terjadi. Apabila pembawaannya benar, jelas atau bahkan ceritanya benar-benar bagus mungkin hal ini tidak begitu menjadi masalah. Namun yang ada ialah fans hanya dibuat bingung, tak hanya bingung akan apa yang terjadi tetapi juga bingung akan bagaimana cerita ini ada sangkut paut dengan semesta Black Ops.
Soal multiplayer sendiri, Black Ops 3 mengundang banyak tanda tanya. Game mengusung semacam formula hero shooter namun implementasinya tak membawa apapun ke dalam game selain dari menjadi mini killstreak/scorestreak baru untuk membantu membantasi musuh. Game ini juga dirilis sesudah Titanfall maka banyak elemen movement yang dibawa ke seri ini, tapi dari segi level desain, pergerakan lincah tersebut tak begitu mendukung playstyle baru.
Zombie menjadi urusan lain dan untungnya mode ini menjadi lebih baik dari sebelumnya, khususnya dengan level-level buatan komunitas yang telah ada hingga saat ini.
12. Call of Duty
Pembuka dan awal dari segalanya. Namun Call of Duty pertama ini tidak berada di posisi setinggi ini hanya karena perannya sebagai game pembuka tetapi juga karena memberikan banyak hal baru yang belum dicoba sebelumnya. Call of Duty merupakan evolusi dari Medal of Honor, franchise yang para tim Infinity Ward kerjakan sebelum beralih kerjakan proyek ini.
Tak hanya mempopulerkan aim down sight yang menjadi fitur penting di game FPS saat ini, COD juga telah membangun formula campaign linear yang lebih matang dan pembawaan naratif yang lebih imersif. Banyak hal yang berubah dari Call of Duty dari tahun per tahun, namun game pertama ini akan selamanya menjadi fondasi dari franchise.
11. Call of Duty: Advanced Warfare
Advanced Warfare menjadi game Call of Duty pertama selama satu dekade terakhir yang memberikan kesan “wow” pada visualnya. Bukan berarti game-game sebelumnya terlihat jelek, namun direksi visual dan artstyle terlihat “begitu-begitu saja” setidaknya bagi saya pribadi. Call of Duty Advanced Warfare terlihat lebih tajam dan serasa sudah transisi ke engine baru.
Advanced Warfare menjadi debut pertama Sledgehammer Games, dan dari segi campaign, mungkin terkesan masih medioker. Multiplayer juga tidaklah sebagus garapan Infinity Ward dan Treyarch, tetapi pergerakan yang lincah ditambah dengan gunplay baru serta level desain yang benar-benar mendukung playstyle cepat dan penuh vertikal membuat seri satu ini sangat asik.
10. Call of Duty 2
Call of Duty 2 menjadi game terbaik COD di era perang dunia 2 dan mungkin game perang dunia 2 terbaik hingga saat ini. Tak hanya meningkatkan kualitas gameplay dari game pertama secara drastis lewat regenerating health, level desain keren serta set-pieces yang apik, game kedua dari franchise ini juga dipresentasikan dengan sangat baik khususnya pada aspek suara.
Multiplayer mungkin tidak sebagus apa yang diterapkan sesudah Modern Warfare, namun setidaknya game membawa kumpulan peta yang cocok sebagai arena perang serta bisa mendukung hingga 64 pemain untuk versi PC, sesuatu yang tidak terjadi lagi di franchise ini hingga Black Ops 4 dan Modern Warfare (reboot).
9. Call of Duty: World at War
Di saat Modern Warfare begitu sukses, Treyarch masih mempertahankan tradisi mereka membuat game perang dunia 2. Memang sebelumnya saya berkata kalau Call of Duty 2 menjadi sensasi PD2 terbaik di sepanjang seri. Namun ada satu mode yang membuat game satu ini berada di posisi lebih puncak – zombie mode.
Zombie mode lahir dari game ini dan meski dengan konsepnya yang begitu sederhana, ia sangatlah menyenangkan dan adiktif khususnya ketika dimainkan bersama teman. Pada mode ini kamu hanya mencoba bertahan hidup melawan gelombang zombie yang semakin lama semakin sulit selagi mencoba mengumpulkan koin untuk membeli senjata atau membuka area baru. Selama satu dekade lebih formula tersebut tidak disentuh oleh game penerusnya dan memang tidak perlu karena sudah sangat menyenangkan dan memberikan kesan arcade yang adiktif.
Di luar dari mode zombie tersebut, campaign dari game ini cukup menyenangkan (dan juga mendukung co-op), serta multiplayer-nya juga lumayan meski killstreak yang diberikan tidaklah sebombastis game sebelumnya.
8. Call of Duty: Warzone
Call of Duty: Warzone pada dasarnya ialah mode untuk Modern Warfare, namun dengan betapa populer dan terus diperbaruinya mode ini, mungkin aman untuk mengatakan bahwa ia adalah satu kesatuan tersendiri.
Call of Duty: Warzone ialah battle-royale yang dirilis dalam basis Modern Warfare (reboot). Belajar dari mode Blackout di Black Ops 4, Activision membuat mode ini gratis agar dapat bersaing dengan Fortnite, Apex Legends dan PUBG yang masih mendominasi pasar.
Secara garis besar, Warzone miliki fondasi battle-royale pada umumnya. Kamu terjun di suatu wilayah dan bertahan hingga menjadi last man standing. Namun tingkat kesenangan dari Warzone tak hanya datang dari gunplay fantastisnya, tetapi juga dari berbagai mekanik unik yang ia tawarkan mulai dari sistem gulag dimana kamu duel agar dapat respawn – sistem yang lebih interaktif dan menyenangkan ketimbang sekedar menunggu aksi teman, berbagai easter egg yang memberi kesan high risk high reward, killstreak berbayar, loadout pribadi dan masih banyak lagi.
7. Call of Duty: Modern Warfare 3
Modern Warfare 3 menjadi finale dari sub-seri Modern Warfare dan sebagai penutup cerita, tampaknya banyak dari kita yang merasa puas. Banyak set-pieces yang memberi kesan “wow” kepada pemain khususnya level dimana menara Eiffel jatuh.
Dari segi multiplayer, Modern Warfare 3 sayangnya tidak begitu bawa banyak hal baru dan lebih seperti ekspansi Modern Warfare 2. Namun dengan gunplay yang cepat dan solid ditambah dengan beberapa peta yang ikonik, saya merasa game ini masih layak berada di posisi 10 besar.
6. Call of Duty Black Ops: Cold War
Setelah 2 seri sebelumnya benar-benar mengundang tanda tanya, Treyarch kembali pada formula sederhana Black Ops: 1 campaign, 1 multiplayer, 1 zombie. Dari segi campaign, Cold War berikan jalan cerita yang menarik dengan perspektif karakter ‘bisu’ yang bisa dipilihan laki-laki, perempuan atau bahkan non-binary.
Dari segi multiplayer, hal terkuat dari Cold War ialah desain level yang tak hanya remake dari peta ikonik, tetapi juga peta baru mencuri perhatian lewat skala dan gimmick yang dimiliki masing-masing peta. Zombie juga kembali tetapi sayangnya banyak fans yang tampaknya kurang menyukai iterasi kali ini.
Meskipun demikian, fitur terbaik yang dibawa seri ini ialah crossprogression dengan Modern Warfare serta Warzone. Maka apabila kamu miliki kedua game, kamu dapatkan satu paket perang yang komplit.
5. Call of Duty Modern Warfare (2019)
Sedikit kecewa melihat Infinity Ward harus memulai dari nol jalan cerita Modern Warfare yang bisa dibilang legendaris bagi banyak fans, namun sebuah bohong besar apabila tidak mengakui kalau seri tahun 2019 menjadi peningkatan drastis dari Call of Duty.
Dari segi campaign, jujur sangat tipikal Call of Duty dan bisa dibilang lebih buruk dari Modern Warfare aslinya. Namun ada banyak momen yang sulit untuk dilupakan dan juga keren dilihat.
Disisi lain untuk multiplayer, betapa drastis perubahan yang Infinity Ward bawa dalam reboot ini. Sulit untuk menjelaskannya lewat kata, namun singkatnya ialah gameplay dari Modern Warfare 2019 terlihat seperti level up dari apa yang kamu rasakan dari Modern Warfare sebelum-sebelumnya dan hal tersebut dikarenakan oleh gunplay yang pas, suara senjata yang memuaskan, sistem pergerakan yang lincah dan semua itu didukung dengan peta dengan skala dan tema yang beragam.
4. Call of Duty: Modern Warfare (2007)
Modern Warfare ialah game yang mengubah nasib franchise ini. Beralih dari perang dunia 2 ke perang modern fiksi benar-benar berdampak besar pada popularitas game. Namun tak hanya itu yang membuatnya sangat sukses dan revolusioner.
Modern Warfare menjadi fondasi dari Call of Duty modern sesudahnya. Campaign yang ditawarkan memberikan karakter-karakter ikonik dan set-pieces yang tak terlupakan. Multiplayer juga mendapat rombakan besar dengan memperkenalkan progresi persisten, custom loadout dan killstreak, mekanik yang inovatif, menyenangkan dan terus dilanjutkan hingga saat ini.
3. Call of Duty: Black Ops
Black Ops menjadi kali pertama Treyarch dapat buktikan kalau mereka dapat memproduksi game COD sekelas dan sesukses garapan Infinity Ward. Game ini tawarkan campaign yang penuh akan momen ikonik, karakter menarik, serta set-pieces yang apik.
Multiplayer juga membawa banyak level yang ikonik, salah satunya ialah Nuketown. Sangking ikoniknya peta tersebut, ia dibawa ke semua game Treyarch sesudahnya dan bahkan Call of Duty: Mobile. Zombie juga telah dapatkan peningkatan signifikan sejak pengenalan pertamanya di World at War. Bisa dibilang, game ini ialah complete package untuk semua jenis penggemar FPS.
2. Call of Duty: Black Ops 2
Call of Duty pertama yang mengambil latar masa depan, dan Treyarch membawa banyak hal menarik ke dalam seri ini. Mulai dari campaign, mereka menambahkan jalan cerita bercabang yang bergantung pada keputusanmu sepanjang cerita. Tak hanya itu, cerita yang dibawakan juga sangat intens dengan antagonis yang miliki motivasi jelas akan aksinya.
Multiplayer dan zombie di game ini tawarkan deretan level paling ikonik di sepanjang seri game. Mungkin tidak sekelas Nuketown, tetapi setidaknya memberi kesan tak terlupakan hingga bertahun-tahun kemudian kamu memainkannya. Scorestreak yang ditawarkan juga sangat memuaskan, memotivasimu untuk terus bermain lebih baik.
1. Call of Duty: Modern Warfare 2
Menentukan game mana yang terbaik dari franchise ini menjadi tantangan tersendiri dan tampaknya apapun yang saya pilih tidak dapat memuaskan semua fans yang bakal membaca artikel ini. Namun, secara keseluruhan, Modern Warfare 2 menjadi yang terbaik bagi kami.
Modern Warfare 2 tawarkan jalan cerita yang intens, apik dan emosional. Level No Russian masih menjadi misi yang ikonik, kontroversial dan mimpi buruk sebagian pemain. Namun kekuatan dari campaign Modern Warfare 2 tak terbatas pada misi tersebut. Ia memberikan kisah dari awal sampai akhir yang kohesif, resolusi yang mengejutkan, dan akhir yang memuaskan.
Dari segi multiplayer, MW2 telah sempurnakan apa yang dibangun oleh MW pertama. Lebih banyak senjata, lebih banyak peta, lebih banyak perk, lebih banyak killstreak dan juga penambahan spec ops yang menjadi distraksi sesaat yang menyenangkan. Modern Warfare 2 mungkin tak miliki zombie mode yang adiktif dari sub-seri Black Ops, tetapi seri ini menjadi definisi dari kuantitas dan kualitas yang seimbang.